Jumat, 06 Januari 2023

hello world

Sabtu, 19 September 2009

detikcom : Tak Ada Kegentingan, Perpu Plt Sementara KPK Tak Perlu Diterbitkan

title : Tak Ada Kegentingan, Perpu Plt Sementara KPK Tak Perlu Diterbitkan
summary : Perpu PLT KPK dinilai belum perlu dikeluarkan. Hal mendesak yang perlu diintervensi Presiden SBY adalah menghentikan penyidikan Polri terhadap Chandra dan Bibit. Demikian pendapat Eryanto Nugroho dari PSHK. (read more)

Rabu, 18 Maret 2009

Saya Bangga Menjadi Bagian SANTO YOSEF

Sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan perjalanan lembaga pendidikan Santo Yosef di Kota Lahat. Tanggal 19 Maret 2009 ini akan menjadi momentum Dies Natalis Santo Yosef, yang untuk SD sudah berumur 73 tahun, SMP berumur 71 tahun, dan SMA berumur 42 tahun. Perjalanan yang sudah berakar dan memberikan banyak kontribusi bagi banyak orang.

Ada satu yang bagi saya berkesan untuk diangkat:

Saya bangga menjadi bagian dari SANTO YOSEF.

Semangat berbagi, entah itu sebagai alumni atau mungkin bagi siswa-siswa yang masih di Santo Yosef. Kita sebagai bagian kesatuan keluarga besar. Kebersatuan itulah yang membentuk semangat ini. L'esprit de Corps. Kita sebagai satu kesatuan keluarga. Untuk itulah saya bangga menjadi bagian dari kesatuan ini.

Kebanggaan itu akan semakin berarti bila kita mampu menerapkannya sebagai manusia yang berbagi. Entah itu kepada manusia atau lingkungan sekitarnya. Maka, sudah saatnya juga alumni juga disapa dan dirangkul.

Kita membangun alumni yang saling mendukung, kompak, setia kawan, dan berbagi untuk sesamanya.


Kamis, 04 Desember 2008

Gerakan Eksistensialisme Kaum Muda

Eksistensialisme mengkritik masyarakat modern yang terlalu bersikap optimis terhadap kemajuan peradaban. Masyarakat modern semakin jaduh dari nilai martabat dan hak manusia. Orang mengejar prestasi produktivitas.

Dunia produksi dengan dunia konsumsi tidak memiliki persentuhan nyata, sehingga masyarakat mampu memproduksi tetapi tidak mampu menikmati. Sebaliknya, masyarakat yang mampu menikmati tetapi tidak menghasilkan. Produksi yang menumpuk dan konsumsi yang berlebihan bukanlah kenyataan yang sebenarnya.

Kaum muda merasakan situasi ini sebagai pengalaman konkret kehidupan sehari-hari. Mengamuknya massa dalam pertunjukan musik, keberingasan pelajar dalam tawuran massal, pertunjukan teater mahasiswa yang radikal. Ini adalah protes dan wujud frustasi mereka terhadap sitausi sosial yang ada.

Dengan situasi yang sesak ini mendorong kaum muda mengekspresikan dirinya. Ekspresi ini muncul sebagai upaya menunjukkan kebebasan individu. Salah satunya lewat seni sebagai ekspresi individual. Kesenian model ini mencerminkan idenitas pencipta seni dan membuka cakrawala baru dalam dunia seni yang berbeda dengan kesenian tradisional yang bersifat anonim.

Inilah salah satu wujud gerakan eksistensial kaum muda. Kaum muda menjadi subyek terhadap pemikirannya, bukan lagi obyek yang bersifat impersonal dan abstrak. Kaum muda mengekspresikan dirinya secara konkret dan sungguh dekat dengan kehidupan nyata mereka.

Rabu, 03 Desember 2008

Masifikasi dan Kolektivisme [SK]

Kehilangan identitas atau menyembunyikan identitas individu dibalik identitas umum merupakan hal yang sangat dikhawatirkan SK. Hal ini menghilangkan ketunggalan pribadi manusia karena membuang individualitas, perbedaan-perbedaan pribadi, maupun penghayatan masing-masing subyek. Pribadi akan tergabung dalam pendapat-pendapat massa, sehingga pribadi menjadi terasing akan dirinya sendiri, teralienasi, dan tidak menjalani eksistensinya secara sejati. Ini merupakan pertarunggan melawan masifikasi, pertarungan menjadi massal, ini merupakan tirani kesamaan. Semua orang harus sama dan sependapat atas nama kolektivisme.

Massa atau kolektivitas, manusia bukan saja dirampas ketunggalannya, tetapi juga direduksi menjadi fraksi bahkan berkurang kesadaran tanggungjawabnya atau melemah rasa tanggung jawabnya diantara kerumunan itu. Manusia melupakan makna eksistensi dan lupa pentingnya mawas diri.

SK akhirnya menyatakan bahwa Subyektifitas merupakan Kebenaran Pertama. Dasar bagi eksistensi pribadi. Subyektifitas adalah TUGAS bagi setiap manusia.

"...becoming subjective is the task proposed to every human being."

Mengada sebagai manusia bukan hanya fakta, lebih dari itu. Eksistensi adalah tugas bagi manusia. Eksistensi itu dijalani dengan kesejatian sehingga tidak semu, sehingga menjadi sesuatu yang etis dan religius. Eksistensi itu disertai tanggung jawab- bukan seperti berlindung dibalik kedok massa. Jadi eksistensi sejati memungkinkan individu memilih dan mengambil keputusan serta bertindak atas tanggung jawabnya sendiri.

Publik massa adalah abstraksi dan bukan realitas. Yang berbahaya adalah ketika publik dianggap nyata. Misal, rakyat.... pertanyaannya rakyat yang mana?

"Publik, yang merupakan segala-galanya dan sekaligus ketiadaan, adalah kekuatan paling berbahaya dan yang paling berarti: orang bisa berpidato kepada seluruh bangsa atas nama publik, tetapi bagaimanapun publik adalah kurang artinya dibandingkan dengan seorang manusia tunggal, betapapun ia tak penting."

Orang sering berusaha untuk diperhitungkan dengan masuk dalam kelompok atau menggalang kekuatan bersama. Ini adalah bukti bahwa orang demikian tidak mampu untuk tampil sendiri secara berarti. Mengandalkan kekuatan massa adalah kelemahan etis.

Merupakan kekeliruan bila individu bergabung dalam suatu kelompok karena gagal tampil dengan kesejatiannya dan tanggung jawabnya sendiri.

Dari berbagai pemikiran eksistensialis: tekanan pada EKSISTENSI PRIBADI sebagai individu adalah yang paling menonjol. Kesamaan manusia hanyalah di hadapan Tuhan, bagi SK.

SK: Soren Kierkegaard

Referensi dari Fuad Hassan

Kebebasan yang Bertanggungjawab [SK]

Hidup bukan seperti yang kita pikirkan, tetapi yang kita hayati. Semakin mendalam penghayatan, semakin berarti. Yang nyata adalah yang rasional dan yang rasional adalah yang nyata merupakan akal pikiran belaka. Dalam ilmu pengetahuan sering ada kesemuan-kesemuan tak bermakna yang diciptakan oleh rasio. Kemampuan rasio yang menjadi jenderal sehingga cuma itu menjadi alat untuk memahami kenyataan. Sehingga yang terjadi di sisi lain adalah kenyataan itu dinyatakan dalam rumus-rumus umum- yang disepakati secara rasio bersama-sama sehingga yang universal adalah benar, bukan yang partikular.

Dalam kasus UU APP maka kebenaran universal lewat wakil-wakil rakyat menjadi benar dan menafikkan kebenaran partikular. Jadi negara berhak membuat moral sebagai pijakan untuk membuat kebenaran umum dan masuk dalam ranah privat masyarakat semisal persoalan seks.

Kebenaran universal berdasarkan rasio itu dipertahankan masyarakat demi keobyektifan. SK menggugat bahwa pangkal tolak pengamatan segala sesuatu itu: bukankah manusia? Manusia sebagai kenyataan subyektif. Titik pangkalnya kembali kepada manusia. Manusia yang membuat pemikiran itu. Subyek yang menjadi eksistensinya. Subyektifitas manusia ini adalah individual.

Eksistensi kita sebagai manusia dengan subyektifitasnya adalah manusia yang konkret dan nyata, bukan yang dipukul rata -massalisasi- dan bukan pula yang obyektif.

Manusia merupakan pengambil keputusan dalam eksistensinya. Apa yang diambil tidak mungkin mantap dan sempurna, karena selalu menghadapi tuntutan untuk mengambil keputusan yang terus menerus. Manusia dihadapkan pada pilihan-pilihan.

Pilihan pertama, menyangkut apa yang baik dan apa yang buruk. Setelah dia menetapkan pilihan diantara keduanya baru keputusan itu menjadi bermakna. Hidup itu berpihak.

Bila manusia itu tidak berani berpihak, maka ia tidak menjalani eksistensinya.

Karena itu untuk memilih dan membuat keputusan, manusia harus bebas. Freedom.

Artinya, ia harus mempertanggungjawabkan dirinya, maka kebebasan untuk memilih dan memutuskan menjadi bermakna pula.

Inilah yang menjadi dasar slogan: Kebebasan yang Bertanggungjawab.

Yang prasyaratnya hadirnya kebebasan untuk mengambil keputusan.

Semua tindakannya tidak lepas dari tanggung jawab sebagai suatu sikap etis bukan sekadar estetis.

[SK] Soren Kierkegaard

Referensi dari Fuad Hassan



SOREN KIERKEGAARD

Menarik melihat Kierkegaard memandang sinis bahwa yang nyata adalah yang rasional dan yang rasional adalah yang nyata. Artinya, apa yang nyata itu harus dikembalikan pada nilai- sesuatu yang tak nyata dan terletak diluar jangkauan akal budi.

Kierkegaard bisa dikatakan sebagai fondasi dari lahirnya aliran eksistensialisme yang semakin memuncak setelah Perang Dunia II. Bagi dia, subyek adalah dasar dari segala pemikiran. Jadi, yang dilihat adalah fakta dari eksistensi individu. Bukan pada sifat individu, juga bukan pada pengetahuan tentang dunia yang ditarik dari sifat individu itu. Bukan merupakan usaha untuk menyimpulkan dengan suatu gagasan yang universal.

Dalam sebuah individu, ada intisari spirit sebagai subyektivitas. Subyektivitas ini yang bagi Kierkegaard bisa berupa penderitaan, keprihatinan, sehingga tanpa subyektivitas maka kebebasan, etis, dan harapan akan pembebasan religius tidak dapat dilampaui.

Alam pikir Kierkegaard dimulai dan diakhiri dari individu yaitu subyektivitas. Nah, yang menarik untuk menjelaskan subyektivitas maka diperlukan sistem tentang eksistensi. Sebaliknya sistem eksistensi tidak mungkin dijalankan karena setiap sistem akan mengabstraksikan apa yang dilihat dari individu; maka dia akan mengingkari yang merupakan arti penting; yaitu eksistensi itu sendiri.

Wah, kalau begini, sama saja kita mencoba mengartikan cinta, justru mana kala kita mengartikan cinta itulah pada saat yang sama arti cinta itu pudar adanya. Jadi, jangan diarti-artikan cinta itu apa, cinta sebagai eksistensi tidak boleh diabstraksikan karena akan kehilangan maknanya. Jadi? Lebih baik di foto aja kali ya, kan foto menggambarkan seribu makna ketimbang abstraksi kata-kata.

Referensi dari Roger Scruton